Jadi begini, kawan-kawan…
Bookyear, foto-foto kenangan… indah, ya?
Momen-momen yang seharusnya diabadikan dengan… keterbukaan!
Eh, tapi ini apa?
Janji manis di awal, di bawah dua ratus ribu… ngecap di lidah,
menguap seperti janji politikus menjelang pemilu!
Dua ratus lima belas ribu?
Astaghfirullah!
Ini namanya… kapitalisme fotografis!
Mereka mengeksploitasi kenangan kita,
mengeksploitasi… kepolosan kita!
Ini… pelanggaran hak asasi kenangan!
Coba kita analisis lagi, kawan-kawan…
Bookyear, ya? Sebuah monument kenangan,
sebuah wujud dari eksistensi kita yang… sementara!
Dua ratus ribu…
Janji seindah puisi pujangga… lalu… BRUK!
Dua ratus LIMA BELAS ribu!
Kejahatan terhadap anggaran!
Pengkhianatan terhadap dompet!
Ini bukan sekadar selisih lima belas ribu, kawan!
Ini… simbol dari ketidakadilan struktural dalam industri fotografi!
Mereka menjual mimpi, menjual kenangan, lalu…
memeras kita dengan harga yang… menista keindahan momen!
Ini adalah… neo-kolonialisme fotografi!
Mereka menjajah… dompet kita!
Voting? Ah, tipu daya kapitalisme berbalut demokrasi representatif!
Mereka menawarkan ilusi partisipasi,
lalu mengelabui kita dengan hasil yang… sesuai dengan keinginan mereka!
Lima belas ribu lebih?
Itu hanya… uang pengganti untuk pengorbanan
kebebasan berpendapat para siswa yang… terpinggirkan!
Mereka… menindas kita dengan ilusi demokrasi palsu!
Lalu… merampok dompet orang tua dengan santai!
Ini… bukan demokrasi, kawan!
Ini… teater kapitalisme yang memperbudak anak-anak
Dan kita?
Hanya… boneka yang menari sesuai irama musik kapitalis yang jahat dan mengerikan!